Jumat, 13 Juni 2014

Reinforcement Positif & Negatif B.F. Skinner

Reinforcement adalah proses dimana stimulus meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku yang telah dimunculkan. Contohnya menekan pedal akan terjadi kembali karena stimulus makanan. Setiap stimulus yang meningkatakan kemungkinan terjadi kembalinya perilaku.
Reinforcement Positif adalah konsekuensi positif yang mengarahkan perilaku untuk meningkatkan kemunkinan terjadinya kembali perilaku tersebut. Konsekuensi yang ditambahkan kelingkungan yang menyebabkan peningkatan dalam respon yang telah terjadi. Contohnya mahasiswa yang menerima KHS diakhir semester kemungkinan menjadi pemicu peningkatan semangat belajar untuk setiap semester selanjutnya. Disini perilaku yang semakin sering muncul disebut dengan operan respon, sedangkan konsekuensi positif dari respon tersebut diistilahkan penguat positif.
Dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan penguatan reinforcement positif adalah :
1.      Timing
Penguat positif harus diberikan dalam waktu yang singkat mengikuti responnya. Delay of reinforcement merupakan bagian dari waktu antara penguat positif dan respon yang akan mengurangi efisiensi dari operant conditioning.
2.      Konsistensi pemberian reinforcement
Pemberian penguatan harus konsisten dilakukan, diberikan setelah setiap terjadinya respon.
Penguatan positif yang terjadi bukan hanya karena sengaja diatur/ dibentuk secara sengaja. Konsekuensi yang alamiah dari perilaku juga bisa menjadi penguat. Kita akan selalu dipengaruhi oleh konsekuensi dari perilaku kita, dan juga selalu belajar untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan kita melalui operant conditioning.

Tipe Penguatan Positif
Penguatan positif muncul dari bawaan sejak lahir dan juga melalui proses belajar. Karena itu penguatan positif terbagi atas dua tipe yaitu penguat (reinforcer) primer dan sekunder.
Penguatan Primer merupakan penguat positif bawaan yang tidak dapat didapatkan melalui belajar. Reinforcer primer memuaskan beberapa kebutuhan biologis contohnya makan bagi lapar, minum bagi yang haus. Penguat sekunder mempelajari penguat positif, penguat sekunder dipelajari seperti classical conditioning.

Penjadwalan reinforcement positif
-          Jadwal rasio tetap: penguat di berikan hanya setelah sejumlah respon dimunculkan. Contoh : seokor tikus mungkin menerima makanan setiap 10 kali ia menekan tuas , disini rasionya adalah 1:10
-          Jadwal rasio variabel: penguat terjadi setelah sejumlah respon dalam jumlah yang berbeda,meskipun jumlah spesifik dari respon yang diperlukan untuk mendapatkan penguatan bervariasi, jumlah respon biasanya bergerak pada nilai rata-rata tertentu. Contoh : pekerjaan petugas online ,ia mungkin berhasil menjual setelah 3,8,9, dan 20 kali menelepon tanpa berhasil menjual apapun pada menit-menit di antara menit diatas
-          Jadwal interval tetap: memberikan penguatan untuk respon jika periode waktu yang pasti telah terlewati, keseluruhan tingkat respon yang dimunculkan relatif rendah.
contoh: jika waktu antara ujian relatif lama (yang berarti kesempatan untuk penguatan bagi performa yang baik diberikan tidak terlalu sering),maka para siswa sering kali sangat jarang belajar atau bahkan tidak ternah belajar sama sekali hingga hari-hari menjelang ujian.satu hari sebelum ujian,para siswa mulai belajar,yang menandakan peningkatan tajam pada tingkat respon belajar yang mereka munculkan,sebagai mana yang mungkin kita harapkan, tidak lama setelah ujian tersebut,terjadi penurunan tajam pada tingkat merespon ini,dengan hanya sedikit orang yang membuka buku satu hari setelah ujian terlaksana.
-          Jadwal interval variable : waktu antara penguat beragam di sekitar beberapa rata-rata dan tidak bersifat tetap. Contoh : seorang dosen memberikan kuis dadakan yang beragam dari sekali dalam tiga hari hingga sekali dalam tiga minggu,rata-rata sekali dalam dua minggu,menggunakan jadwal interval variabel. Para mahasiswa akan terdorong untuk belajar secara lebih teratur karena meraka tidak pernah tahu kapan kuis dadakan berikutnya akan diberikan.
Reinforcement Negatif
Reinforcement negatif adalah perilaku yang menghilangkan sesuatu yang negatif, yang mendorong peningkatan kemungkinan bahwa respons yang telah muncul akan diulang di masa depan.
Contohnya: pada saat terluka, kita akan mengobatinya dengan obat luka, dengan demikian kita telah menghilangkan/mengurangi sesuat yang negatif (pemberian obat pada luka). Maka besar kemungkinan jika kita terluka kembali maka kita akan menggunakan obat luka tersebut kembali. Penguatan negative mengajarkan kepada individu bahwa melakukan tindakan akan menghilangkan kondisi negative yang ada di lingkungan. Penguatan Negatif terjadi ketika perilaku menghapus atau menghindari sesuatu yang negatif, dan perilaku tersebut mempunyai kemungkinan untuk meningkatkan hasil pada masa selanjutnya.

Ada dua tipe dari penguatan negatif :
1.      Escape Conditioning
Yaitu pengondisian yang terjadi dikarenakan sesuatu yang negatif berhenti.
2.      Avoidance Conditioning
Yaitu pengondisian yang dilakukan dengan cara menghindar dari sesuatu yang negatif. Pengondisian ini terjadi karena perilaku mencegah terjadinya sesuatu yang negatif.

Hukuman/Punishment    
Punishment atau hukuman adalah sebuah konsekuensi negatif dari sebuah perilaku, yang mana  menekan sebuah pengurangan frekuensi dari prilaku yang dihasilkan. Ketika secara pantas digunakan, hukuman hukuman dapat menjadi sebuah dan alat hasil untuk mengurangi dari perilaku yang tidak pantas.
Didalam kehidupan kita bagaimana pun hukmana secara fisik masih digunakan kepada anak-anak oleh orang tua, guru dan lain lainya pada sang penguasa.  Sebagai tambahan terhadapa masalah etik dalam penggunaan “psychal punishment” ada bahaya yang serius  yang bisa dihasilkan akibat dari penggunaan berbagai cara dari hukuman.

Bahaya dari hukuman
Terdapat 5 bahaya yang dihasilkan dari hukuman:
1.      Penggunaan dari hukuman sering kali menguatkan punisher .
      Pengunna hukuman ini sendiri memunculkan hasrat kita untuk memberi hukuman setiap kali seorang anak membuat kesalahab. Sehingga jika si anak salah kita langsung memberinya hukuman.

2.      Hukuman sering memunculkan penggeneralisasian pada setia individu.
     Hukuman sering kali memunculkan pengeneralisasian terhadapa individu lainya. Sebagai contoh seorang anak berbicara kepada orang tuanya secara tidak pantas. Orang tuanya langsung memarahi anak tersebut, sehingga iapun tak berani lagi berbicara karena takut salah dan dimarahin orang tuanya.

3.      Psychal punishment by learning to dislike the person
     Perilaku penghukuman dengan fisik sering kali menimbulkan kebencian. Kebencian tersebut timbul dari rasa sakit yang ia dapatkan akan menjadi pemicu benci terhadap orang yang memukulnya.

4.      Hukuman tak selalu efektif dalam menghukum sebuh perilaku.
      Tak semua hukuman memiliki hasil yang kita dapatkn, malah sebaliknya tak memberi perubahan apa-apa.

5.      Hukuman bisa mengejutkan sebuah perilaku yang tidak pantas, tetapi tak mengajar sesuatu yang pantas.

Cara-cara menggunakan punishment:
1.      Jangan menggunakan huluman fisik
2.      Hukum perilaku yang tidak pantas bertahap
3.      Yakinlah bahwa kamu telah melakukan reinforcement dengan positif
4.      Lakukan penyelesaian terhadap  individu, hukuman perlaku apa yang akan diberi dan penolakan terhadap semua cara dari hukuman dikedepannya sampai perilakunya terhenti.
5.      Jangan gabungan hukuman dengan penghargaan untuk perilaku yang sama
6.      Sekali kali kamu harus melanjutkan hukuman, jangan kembali ke awal.


1 komentar: