Jumat, 13 Juni 2014

Mempersiapkan counseling interview

wawancara sebaiknya dimulai dengan menganalisa masing-masing pihak yang terlibat di  dalamnya( interviewer dan interviewee). Hal ini penting karena akan sangat sulit untuk memahami dan membantu orang lain ketika kita tidak memahami diri kita sendiri. Dan akan sulit pula untuk memahami dan membantu orang lain ketika kita hanya memiliki informasi yang minim tentangnya.

1.      Analyzing Self
Penelitian menunjukkan bahwa kepribadian, sikap dan perilaku nonverbal sebagian besar menentukan keefektifan seorang konselor. Seorang konselor seharusnya berpikiran terbuka, serius, self-assured, relax dan sabar. Milikilah  kepercayaan lebih tinggi pada klien ketika mereka membagikan keyakinan mereka akan penyebab masalah yang mereka alami.
Ketika kita berharap interviewee bersifat terbuka pada kita, berbagilah tentang diri anda(motif, keyakinan, nilai dan sikap) terlebih dahulu. Keterbukaan interviewer akan pengalaman personalnya dapat membantu interviewee untuk memperoleh perspektif baru.
Ketika berinteraksi dengan interviewee, konselor hendaknya menerpakan prinsip people-oriented, bukan problem-oriented. Kebanyakan interviewer berorientasi pada masalah sehingga kehadirannya bukan untuk menolong klien dalam menyelesaikan masalah,  melainkan untuk menyelesaikan masalah itu sendiri. Ketika kita berpusat pada individu yang bermasalah maka kita akan semakin peka pada kebutuhan klien.
Kekuatan intelektual, komunikatif dan emosional seorang konselor hendaknya sebagai berikut:
·         Imajinatif, analitikal, dan terorganisir
·         Mampu belajar dengan cepat dan dapat me-recall informasi secara akurat dan lengkap
·         Mampu berkomunikasi di setting yg bervariasi sebagai pendengar yang baik dan dapat berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal
·         Nyaman dengan orang yang sangat terbuka dan bahkan orang yg mempersulit keadaan atau masalah
·         Nyaman dengan orang yang mengungkapkan emosi yang mendalam, seperti dukacita, depresi, marah, ketakutan dankebencian.
Selain itu konselor harus memahami kemampuan konselingnya, sehingga ia tidak menangani klien yang sebenarnya tak dapat  dibantunya.

2.      Analyzing the interviewee
Kenselor perlu meninjau apa yang ia pahami dari interviewee, misalnya usia, suku, pendidikan,latar belakang keluarga, dan sebagainya. Berbicaralah pada orang yang memiliki wawasan yang tajam tentang interviewee untuk memastikannya.
Dalam memahami individu, interviewer juga perlu mempertimbangkan pengaruh pengalaman masa lalu dan keinginan di masa mendatang terhadap kegagalan yang dialami interviewee saat ini. Pengalaman masa lalu seperti kegagalan dalam hubungan, kegagalan dalam prestasi,penyakit,dsb, bisa saja mempengaruhi interviewee.
Dalam interview tentunya kita menjalin hubungan dengan interviewee, hubungan yang terjalin dengan interviewee meliputi:
·         Hubungan sosial, keluarga, profesi, agama, komersial , atau politik seperti apa yang anda miliki bersama interviewee?
·         Keyakinan, nilai, dan sikap apa yang anada bagikan?
·         Apakah kamu telah menasehati individu itu sebelumnya?
·         Apakah kamu dan interviewee telah membuat kesepakatan?
·         Apakah masing-masing menginginkan untuk ambil bagian di sesi konseling saat ini?
·         Perasaan positif dan negatif apa yang kamu miliki satu sama lain?
·         Seberapa banyak kalian saling mempercayai?
·         Seberapa besar kontrol yang harus anda berikan agar sesi ini produktif?
Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa ketika interviewee kurang memikirkan terjadi perubahaan, maka harapan individu akan bantuan juga akan lebih kecil dan individu cenderung kurang memperhatikan penerimaan, rasa kepercayaan, dan keasliaan dari interviewer.
Saat melaksanakan interview ada saja saat dimana individu merasa tidak membutuhkan bantuan. Untuk itu interviewer perlu mengantisipasinya dan merespon setiap jawaban dengan benar. Semakin kita mengenali interviewee, semakin kita tau mengapa seseorang berinteraksi dengan cara-cara tertentu dan tahu bagaimana seharusnya merespon.

3. Memilih pendekatan wawancara
1.      Pendekatan secara langsung
Ketika menggunakan pendekatan secara langsung, interviwer mengontrol struktur wawancara, maslaah subjek yang mana yang harus diikuti atau diabaikan, langkah-langkah interaksi, serta panjangnya wawancara. Interviwer mengumpulkan dan berbagi informasi, menetapkan dan menganalisa masalah, menyarankan dan mengevaluasi solusi, dan memberikan petunjuk untuk dilakukan. Singkatnya, interviwer secara langsung melayani seperti seorang ahli ataupun konsultan yang menganalisa masalah dan memberikan petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan. Interviwi lebih menjadi reaktor dan penerima daripada menjadi tokoh utama dalam wawancara.
2.      Pendekatan secara tidak langsung
Dalam pendekatan tidak langsung, interviwi mengontrol struktur wawancara, menentukan topiknya, memutuskan kapan dan bagaimana mereka akan berdiskusi, dan menentukan langkah-langkah serta panjangnya wawancara. Interviwer membantu secara pasif dan hanya sebagai penolong, bukan sebagai pemberi nasihat ataupun ahlinya.Interviwer membantu interviwi dalam memperoleh informasi, mendapat pengertian, menentukan dan menganalisa masalah, serta menemukan dan mengevaluasi solusi-solusi. Interviwer mendengarkan, mengamati, dan menganjurkan, tetapi tidak menentukan dan mendiktekan ide-ide.
Masalah yang mungkin muncul pada interviwi bukan terletak pada minimnya informasi, tetapi:
-          Tidak dapat mengekspresikan atau memvisualisasikan masalah yang ada,  ataupun mempertimbangkan alternatif-alternatif lain dari keputusan.
-          Menolak untuk mengakui bahwa akan ada / sudah ada masalah dengan merokok, meminum minuman berakohol, tidak ikut kelas ataupun berselingkuh.
-          Putus asa mengenai apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya.
DI satu sisi, interviwer harus bertindak secara objektif, menilai secara adil, serta membuat pro dan kontra pada beberapa tindakan spesifik. Bedakan antara ketika anda melayani sebagai pemberi saran yang ahli dan ketika anda, secara pelan-pelan dan mungkin tidak disengaja, memberikan pilihan kepada interviwi.
3.      Pendekatan kombinasi
Beberapa interviwer konseling menemukan bahwa terkadang perlu untuk mengkombinasikan pendekatan secara langsung dan pendekatan secara tidak langsung. Mungkin dimulai dengan pendekatan tidak langsung untuk mendorong agar interviwi berbicara dan mengungkapkan masalahnya. Kemudian dapat diganti ke pendekatan secara langsung ketika mendiskusikan solusi-solusi yang memungkinkan. Pendekatan secara langsung bagus untuk memperoleh fakta-fakta, memberikan informasi, serta membuat diagnosa, sementara pendekatan secara tak langsung memperluas dan memberikan perlakuan yang bagus terhadap informasi-informasi spontan. Kesulitan ditemukan ketika harus menentukan pendekatan yang mana yang cocok untuk situasinya dan ketika harus merubah pendekatan selama wawancara.

4.      Memilih keadaan
Sediakan iklim yang kondusif untuk konseling yang baik-tenang, nyaman, lokasi tersendiri dna bebas dari gangguan. Kamu tidak bisa mengharapkan interviwi akan langsung terbuka dan jujur apabila terdapat karyawan, pekerja, siswa ataupun klien lain yang mendengar percakapan. Pilihlah tempat-tempat yang netral dan menyenangkan, beberapa interviwi lebih nyaman dan merasa aman di tempat mereka sendiri. Apabila memungkinkan, atur posisi tempat duduk yang nyaman anatar interviwi dan interviwer. Penelitian menunjukkan bahwa keadaan adalah variabel yang paling penting dalam menentukan tingkat keterbukaan diri. Pengaturan perabotan juga merupakan salah satu hal penting. Banyak konseling interviwer menemukan bahwa meja bundar banyak dipilih oleh interviwi, hal ini karena memudahkan interviwer dan interviwi untuk bertukar catatan ketika wawancara, berbeda dengan meja kopi ataupun  tempat makan.

Tidak ada komentar:

:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ :-? #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!

Posting Komentar