wawancara sebaiknya
dimulai dengan menganalisa masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya( interviewer dan interviewee). Hal
ini penting karena akan sangat sulit untuk memahami dan membantu orang lain
ketika kita tidak memahami diri kita sendiri. Dan akan sulit pula untuk
memahami dan membantu orang lain ketika kita hanya memiliki informasi yang
minim tentangnya.
1.
Analyzing
Self
Penelitian menunjukkan bahwa kepribadian,
sikap dan perilaku nonverbal sebagian besar menentukan keefektifan seorang
konselor. Seorang konselor seharusnya berpikiran terbuka, serius, self-assured, relax dan sabar.
Milikilah kepercayaan lebih tinggi pada
klien ketika mereka membagikan keyakinan mereka akan penyebab masalah yang
mereka alami.
Ketika kita berharap interviewee
bersifat terbuka pada kita, berbagilah tentang diri anda(motif, keyakinan, nilai
dan sikap) terlebih dahulu. Keterbukaan interviewer akan pengalaman personalnya
dapat membantu interviewee untuk memperoleh perspektif baru.
Ketika berinteraksi dengan interviewee,
konselor hendaknya menerpakan prinsip people-oriented,
bukan problem-oriented. Kebanyakan
interviewer berorientasi pada masalah sehingga kehadirannya bukan untuk
menolong klien dalam menyelesaikan masalah,
melainkan untuk menyelesaikan masalah itu sendiri. Ketika kita berpusat
pada individu yang bermasalah maka kita akan semakin peka pada kebutuhan klien.
Kekuatan intelektual, komunikatif dan
emosional seorang konselor hendaknya sebagai berikut:
·
Imajinatif, analitikal,
dan terorganisir
·
Mampu belajar dengan
cepat dan dapat me-recall informasi
secara akurat dan lengkap
·
Mampu berkomunikasi di
setting yg bervariasi sebagai pendengar yang baik dan dapat berkomunikasi
secara verbal maupun nonverbal
·
Nyaman dengan orang
yang sangat terbuka dan bahkan orang yg mempersulit keadaan atau masalah
·
Nyaman dengan orang
yang mengungkapkan emosi yang mendalam, seperti dukacita, depresi, marah,
ketakutan dankebencian.
Selain itu konselor harus memahami
kemampuan konselingnya, sehingga ia tidak menangani klien yang sebenarnya tak
dapat dibantunya.
2.
Analyzing
the interviewee
Kenselor
perlu meninjau apa yang ia pahami dari interviewee, misalnya usia, suku,
pendidikan,latar belakang keluarga, dan sebagainya. Berbicaralah pada orang
yang memiliki wawasan yang tajam tentang interviewee untuk memastikannya.
Dalam
memahami individu, interviewer juga perlu mempertimbangkan pengaruh pengalaman
masa lalu dan keinginan di masa mendatang terhadap kegagalan yang dialami
interviewee saat ini. Pengalaman masa lalu seperti kegagalan dalam hubungan,
kegagalan dalam prestasi,penyakit,dsb, bisa saja mempengaruhi interviewee.
Dalam
interview tentunya kita menjalin hubungan dengan interviewee, hubungan yang
terjalin dengan interviewee meliputi:
·
Hubungan
sosial, keluarga, profesi, agama, komersial , atau politik seperti apa yang
anda miliki bersama interviewee?
·
Keyakinan,
nilai, dan sikap apa yang anada bagikan?
·
Apakah
kamu telah menasehati individu itu sebelumnya?
·
Apakah
kamu dan interviewee telah membuat kesepakatan?
·
Apakah
masing-masing menginginkan untuk ambil bagian di sesi konseling saat ini?
·
Perasaan
positif dan negatif apa yang kamu miliki satu sama lain?
·
Seberapa
banyak kalian saling mempercayai?
·
Seberapa
besar kontrol yang harus anda berikan agar sesi ini produktif?
Dalam
sebuah penelitian ditemukan bahwa ketika interviewee kurang memikirkan terjadi
perubahaan, maka harapan individu akan bantuan juga akan lebih kecil dan
individu cenderung kurang memperhatikan penerimaan, rasa kepercayaan, dan
keasliaan dari interviewer.
Saat
melaksanakan interview ada saja saat dimana individu merasa tidak membutuhkan
bantuan. Untuk itu interviewer perlu mengantisipasinya dan merespon setiap
jawaban dengan benar. Semakin kita mengenali interviewee, semakin kita tau
mengapa seseorang berinteraksi dengan cara-cara tertentu dan tahu bagaimana
seharusnya merespon.
3. Memilih
pendekatan wawancara
1. Pendekatan
secara langsung
Ketika
menggunakan pendekatan secara langsung, interviwer mengontrol struktur
wawancara, maslaah subjek yang mana yang harus diikuti atau diabaikan,
langkah-langkah interaksi, serta panjangnya wawancara. Interviwer mengumpulkan
dan berbagi informasi, menetapkan dan menganalisa masalah, menyarankan dan
mengevaluasi solusi, dan memberikan petunjuk untuk dilakukan. Singkatnya,
interviwer secara langsung melayani seperti seorang ahli ataupun konsultan yang
menganalisa masalah dan memberikan petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan.
Interviwi lebih menjadi reaktor dan penerima daripada menjadi tokoh utama dalam
wawancara.
2. Pendekatan
secara tidak langsung
Dalam pendekatan
tidak langsung, interviwi mengontrol struktur wawancara, menentukan topiknya,
memutuskan kapan dan bagaimana mereka akan berdiskusi, dan menentukan
langkah-langkah serta panjangnya wawancara. Interviwer membantu secara pasif
dan hanya sebagai penolong, bukan sebagai pemberi nasihat ataupun
ahlinya.Interviwer membantu interviwi dalam memperoleh informasi, mendapat
pengertian, menentukan dan menganalisa masalah, serta menemukan dan
mengevaluasi solusi-solusi. Interviwer mendengarkan, mengamati, dan
menganjurkan, tetapi tidak menentukan dan mendiktekan ide-ide.
Masalah yang
mungkin muncul pada interviwi bukan terletak pada minimnya informasi, tetapi:
-
Tidak dapat
mengekspresikan atau memvisualisasikan masalah yang ada, ataupun mempertimbangkan
alternatif-alternatif lain dari keputusan.
-
Menolak untuk mengakui
bahwa akan ada / sudah ada masalah dengan merokok, meminum minuman berakohol,
tidak ikut kelas ataupun berselingkuh.
-
Putus asa mengenai apa
yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya.
DI satu sisi,
interviwer harus bertindak secara objektif, menilai secara adil, serta membuat
pro dan kontra pada beberapa tindakan spesifik. Bedakan antara ketika anda
melayani sebagai pemberi saran yang ahli dan ketika anda, secara pelan-pelan
dan mungkin tidak disengaja, memberikan pilihan kepada interviwi.
3. Pendekatan
kombinasi
Beberapa
interviwer konseling menemukan bahwa terkadang perlu untuk mengkombinasikan
pendekatan secara langsung dan pendekatan secara tidak langsung. Mungkin
dimulai dengan pendekatan tidak langsung untuk mendorong agar interviwi
berbicara dan mengungkapkan masalahnya. Kemudian dapat diganti ke pendekatan
secara langsung ketika mendiskusikan solusi-solusi yang memungkinkan.
Pendekatan secara langsung bagus untuk memperoleh fakta-fakta, memberikan
informasi, serta membuat diagnosa, sementara pendekatan secara tak langsung
memperluas dan memberikan perlakuan yang bagus terhadap informasi-informasi
spontan. Kesulitan ditemukan ketika harus menentukan pendekatan yang mana yang
cocok untuk situasinya dan ketika harus merubah pendekatan selama wawancara.
4. Memilih
keadaan
Sediakan iklim yang
kondusif untuk konseling yang baik-tenang, nyaman, lokasi tersendiri dna bebas
dari gangguan. Kamu tidak bisa mengharapkan interviwi akan langsung terbuka dan
jujur apabila terdapat karyawan, pekerja, siswa ataupun klien lain yang
mendengar percakapan. Pilihlah tempat-tempat yang netral dan menyenangkan,
beberapa interviwi lebih nyaman dan merasa aman di tempat mereka sendiri.
Apabila memungkinkan, atur posisi tempat duduk yang nyaman anatar interviwi dan
interviwer. Penelitian menunjukkan bahwa keadaan adalah variabel yang paling
penting dalam menentukan tingkat keterbukaan diri. Pengaturan perabotan juga
merupakan salah satu hal penting. Banyak konseling interviwer menemukan bahwa
meja bundar banyak dipilih oleh interviwi, hal ini karena memudahkan interviwer
dan interviwi untuk bertukar catatan ketika wawancara, berbeda dengan meja kopi
ataupun tempat makan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar